Bulan Ramadhan
telah tiba. Ada agenda yang menjamur tiap bulan ini. Buka bersama, menjadi
kebiasaan orang Indonesia untuk berkumpul. Macam-macam motifnya, ada yang untuk
reuni, bisnis, atau sekadar nongkrong dan ngobrol. Obrolan ringan sampai berat.
Pada umumnya, buka bersama menjadi sarana untuk mempererat persaudaraan dan
kekeluargaan. Pun dengan keluarga yang melaksanakan buka bersama, entah itu di
rumah, atau makan di luar. Kebersamaan menjadi suatu hal yang menyenangkan.
Mengapa
buka bersama menjadi begitu istimewa? Saya berpendapat, buka bersama menjadi
istimewa karena kebersamaan dan keakraban menjadi satu hal yang mahal dewasa
ini. Keadaan perekonomian dan persaingan yang sulit, menuntut orang bekerja
begitu keras sehingga kebersamaan bersama keluarga, teman, dan rekan kerja
menjadi mahal. Lho, rekan kerja kan setiap hari ketemu? Ya, setiap hari ketemu,
tetapi setiap ketemu kan ngomongin pekerjaan, ga ada waktu untuk ngoobrolin
hal-hal di luar pekerjaan. Kalau kasus keluarga, seorang ayah harus bekerja
setiap hari, belum lagi terjebak macet, lembur, pulang malam berangkat subuh.
Hal-hal ini yang menjadikan kebersamaan menjadi mahal. Karena pada bulan
ramadhan, biasanya instansi mengurangi jam kerja, dan hal ini dimanfaatkan
untuk buka bersama. Karena itu buka bersaman menjadi momen yang istimewa.
Karena
begitu mahalnya kebersamaan, seharusnya kita memanfaatkan momen itu dengan
bagus. Jarang-jarang kan ada acara begini. Tetapi ada hal yang perlu
diwaspadai, yaitu pencuri kebersamaan. Pencuri ini tidak mencuri jumlah
kebersamaannya, tetapi mencuri kualitasnya, dan pencuri itu sangat dekat dengan
kita. Perangkat teknologi, yang menjadi sangat berbahaya. Dia bisa saja mencuri
kualitas kebersamaan yang mahal itu. Saya pernah melihat seorang keluarga yang
buka bersama disebuah rumah makan. Mereka duduk melingkari satu meja. Mejanya
tidak terlalu besar, sehingga mereka sangat dekat. Mereka boleh jadi sangat
dekat secara fisik, tetapi jauh pikirannya. Ayahnya pegang tablet, sang ibu
pegang blackberry, dan dua anaknya asyik dengan smartphone androidnya. Mereka
asyik dengan perangkatnya sendiri. Teknologi berhasil mencuri kebersamaan
mereka. Saya juga pernah melihat sekelompok mahasiswa yang buka bersama di
sebuah resto, teknologi pun berhasil mencuri kebersamaan mereka. Tidak semua
memang, diantara mereka, cuma saru dua yang asyik sendiri dengan perangkatnya.
Terus buat apa buka bersama, kalau pada akhirnya mereka “sendiri”?
Teknologi,
bisa saja mendekatkan yang jauh, tetapi kalau tidak bijak menggunakan, akan
menjauhkan yang dekat. Teknologi dibuat untuk memudahkan pekerjaan, bukan
memudarkan kebersamaan. Jika memang ada pekerjaan, segera selesaikan sebelum
buka bersama. Mengirim email, membalas sms pekerjaan, atau kebutuhan teknologi
yang lain. Tahan untuk tidak ngetweet dan update status selama buka bersama.
Bukan menjadi hal wajib Anda update status tentang buka puasa Anda seperti
“lagi buber sama kawan nih.” atau “makanannya kurang enak disini.” Dan tidak
perlu juga memfoto makanan Anda dan mengupload di socmed. Berdo’a sebelum makan
lebih keren dibanding update status dan upload foto di socmed. Waktu
kebersamaan Anda bersama keluarga dan kawan-kawan terlalu berharga untuk Anda
sia-siakan untuk aktifitas socmed yang tidak terlalu penting. Eksistensi Anda
di socmed tidak lebih penting dari pelukan hangat sahabat di sebelah Anda.
Indeed..., Bahkan Om Albert Einstein aja bilang: "It has become appallingly obvious that our technology has exeeded our humanity"
BalasHapus#nice post