Stasiun Kota Malang, pukul 19.30
Kereta yang
kutunggu akhirnya datang juga. Setelah kemarin hari di social media aku puji
Pak Jonan dan tim karena perjalanan Bandung-Blitar dengan kereta Malabar terasa
memuaskan, malah kini kereta penataran terlambat. Tak tanggung, terlambat 30
menit. Pikirku, ya sudahlah. PT. KAI memang bukan BUMN terbaik, tetapi mereka
tengah berbenah. Berbenah merupakan proses, bukan kepastian dari hasil. Tak
mungkin menuntut hasil terbaik di tengah proses.
Cepat kucari
tempat duduk sesuai tiketku, karena kakiku sudah pegal rasanya.Seharian
menikmati Kota Malang dan seisinya membuat kakiku sudah berat dilangkahkan. Ah,
mataku juga sudah berat rasanya. Kupeluk erat tas punggungku dan mataku mulai terpejam.Stasiun
terakhir yang kuingat adalah stasiun Malang Kota Lama. Setelah itu tak ingat
lagi. Biar kereta ini membawa tubuhku melaju menuju Blitar, dan biar pikiranku
melayang sejenak ke negeri mimpi. Semakin dalam dan lelap.
Ketika mataku
mulai terbuka. Oh, sudah di stasiun Kesamben ternyata. Lumayan juga aku
terlelap. Setelah nyawa mulai terkumpul, aku mulai melihat sekitarku. Ada bapak
yang sudah beruban, tetapi badan masih tegap. Mulailah aku berkenalan. Tak
sopan rasanya setelah aku terlelap lama, baru aku berkenalan. Ah, tak apa lah,
memang ragaku sudah tak bisa berkompromi lagi. Dan mulailah bercerita tentang
masa mudanya, masa kerjanya, dan anak-anaknya. Anak muda memang harus banyak
mendengar dari pegalaman orang tua agar banyak pertimbangan dalam langkah
lanjut hidupnya.
Melewati stasiun
Wlingi, di tengah obrolanku dengan Bapak itu, muncul dari arah gerbong belakang
dua orang cleaning service yang tengah bertugas. Satu berbadan kurus tinggi
dengan sapu dan pengki di kedua tangannya. Dan satu lagi tak terlalu tinggi,
memegang sebuah trashbag ukuran standar. Hampir penuh trashbag itu dengan
sampah. Dengan helaan nafas tanda lega, orang yang tinggi itu berkata,
“Alhamdulillah, akhirnya selesai juga.”
Sesampai di
stasiun garum, Bapak beruban tadi pamit turun. Beliau berdiri dan bersiap
menuju pintu gerbong. Bangku kosong di depanku diduduki oleh cleaning service
berbadan tinggi tadi. Raut muka lelah begitu Nampak, namun dia masih berusaha
tersenyum kepadaku. Kubalas senyum semampuku. Dia pun mulai pembicaraan. “Dik,
padahal siang ini tadi, kereta sudah disapu dari ujung sampai ujung. Sekarang
disapu lagi dari belakang sampai depan, dapat sampah segini banyaknya.” Sambil
menunjukkan trashbag yang penuh dengan sampah, dia melanjutkan, “Masa ini wajah
Indonesia. Wajah yang katanya ramah, tapi mampu menghasilkan sampah sebanyak
ini.” Trashbag itu memang ukuran standart, tapi itu sangat besar untuk ukuran
sampah.”Masa sih orang Indonesia ga mampu ngangkut sampahnya sendiri-sendiri
dan buang di tempat sampah” Memang tak ada guratan marah dan kecewa dari
wajahnya, tetapi makna dalam terasa. Setiap katanya terucap dalam. Dalam
sekali. Banyak orang melihat dia hanya sebagai seorang tukang sapu, tetapi dia
lebih dari itu. Dia warga yang mempunyai harapan besar terhadap bangsanya,
terlebih warga pemakai kereta, untuk lebih menahan diri untuk tidak membuang
sampah semarangan.
Remeh? Ya
mungkin remeh. Tetapi bukankah yang besar itu selalu dimulai dari hal yang
remeh? Banyak orang yang mengharapkan kereta nyaman, kereta aman, tapi tak
jarang kita menjadi bagian dari masalah itu. Bagi kita yang terdidik, malulah
kita bila kita masih melanggenggkan kebiasaan buruk seperti itu. Tak besar
mungkin sampah yang kita punya, tapi menjadi bagian dari solusi perbaikan kereta
api dengan membuang sampah pada tempatnya. Dan jika kita membawa kebiasaan
bersih ini di mana kita berpijak, bukan tidak mungkin kita menjadi bagian dari
solusi bangsa ini. Mungkin dari tukang sapulah kita bisa berkaca.
Stasiun Kota
Blitar, pukul 22.05
Alhamdulillah,
walau telat dari yang dijadwalkan, kereta telah sampai dengan selamat. Dan saya
turun dengan membawa satu tekad, tekad menjadi bagian dari solusi perbakaikan
kereta api Indonesia dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Terima kasih kepada
Pak Jonan dan jajaran, semoga tetap semangat dalam berbenah.
Terima kasih
kepada petugas cleaning service atas pelajaran berharganya
Terima kasih
kepada @aldamonn yang menemaniku seharian di Kota Malang
Salam Optimis
untuk Indonesia
Blitar, 6
Pebruari 2013
@Hardian_cahya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar