Menepis debu di pelipis
Pedas mata menyapa asap
Mengencangkan ikat pinggang untuk sekadar berkompromi dengan lapar
Suara pekak di telinga, meneriakkan segala kesedihan
Lima ratus meter dari situ, tuan dan nyonya berdansa-dansa
Mendentingkan gelas wine merah
Berteman daging setengah matang
Tertawa dan terbahak, menertawakan dunia yang dimainkannya
Jakarta begitu adil, dengan definisi yang dimilikinya
Adil yang penuh pemakluman dan kompromi
Adil yang dimainkan dan ditertawakan
Ditulis pada dini hari
Jakarta, 1 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar