Tahun lalu, aku melewati dengan
baik. Sangat baik malah. Traveling ke berbagai negara yang dulu aku impikan,
mengikuti sederat kegiatan volunteering, dan karir kantor juga cukup bagus.
Karena itu aku menamai tahun 2016 dengan tahun happiness, travelling and
volunteering. Dengan sederet kesan positif tahun lalu, setahun ini mungkin aku
diingatkan untuk kembali rendah hati dan belajar. Dan tahun 2017 aku menamainya
dengan tahun “Belajar Kembali”. Dan maafkan tulisan ini hanya berisi curhatan
ga penting, tetapi untuk aku sendiri, inilah catatan pelajaran.
Quartal satu, aku mengambil
sebuah keputusan pribadi yang cukup penting. Dengan sedikit sombong dan tidak
waspada, aku berpikir sudah cukup ilmu untuk mengambil keputussn tersebut.
Ternyata Tuhan mentraining aku dan orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk
belajar lagi. Kenyataan menunjukkan ilmu yang ada jauh dari cukup. Belajar sabar,
belajar komunikasi, dan belajar untuk rendah hati. Tetapi ada yang disyukuri
adalah kegiatan volunteeringku tidak berhenti. Beberapa kegiatan Kelas
Inspirasi aku ikuti. Tidak sebagai inspirator, tetapi lebih banyak ke
fotografer. Mulai belajar lagi mengenai teknik-teknik fotografi. Mulai lagi
ngulik human interest. Yang dulu udah pede dengan modal DSLR entry level,
dipertemukan dengan orang-orang yang tekniknya jauh lebih keren.
Quartal dua giliran urusan kantor
yang diuji. Sebenarnya ini sebuah penghormatan karena diberi tantangan yang
baru. Dipindahkan ke bagian yang dulu aku pikir bagian yang paling tidak
produktif. Ditantang dengan ekspektasi tinggi. Tapi sayangnya tantangan
tersebut berbarengan dengan permasalahan pribadi dan terlebih rotasi pimpinan
baru. Demotivasi parah di quartal ke dua ini. Rasanya kehilangan alasan untuk
pergi ke kantor. Ternyata aku diberi “kesempatan” untuk belajar lagi hal-hal
baru di luar zona nyaman. Enak? Enggak. Semangat? Tidak terlalu. Tapi kalau aku
pikir sekarang, aku dituntut tidak cengeng ketika keadaan tidak ideal lagi, aku
harus tetap produktif. Tapi di quartal ini aku dipertemukan dan diberi kesempatan untuk menjadi panitia Kelas Inspirasi Jakarta untuk dokumentator. Makin banyak kenal dengan fotografer keren.
Quartal tiga, aku terus mencari alasan untuk datang
ke kantor. Aku sebenarnya malas dengan pekerjaan yang biasa-biasa saja. Mau
membuat menjadi luar biasa juga tidak ada tenaga. Hidupku totally monoton pada
quartal ini. Tidak ada hasil yang dideliver dengan baik di quartal ini. Hanya
operational sehari-hari. Tahukah rasanya bekerja di bagian support? Kalau boleh
menganalogikan adalah aku ini hanya seperti listrik di rumah-rumah.
Keberadaannya akan diingat hanya jika bermasalah. Jika kau mempunyai performa
dengan baik, juga tidak ada yang diingat. Pernahkan kamu bersyukur dan
berterima kasih ketika listrik di rumahmu bekerja dengan baik? Aku rasa tidak.
Nah, di quartal empat ini lah aku
menemukan video kuliah online yang menarik. IndonesiaX, sebuah portal kursus
gratis. Saat itu aku mendengar kuliah dari Prof Rhenald Kasali bertema Be
Driver. Intinya adalah kalau dirimu kuat, kamu adalah pengendali terhadap
dirimu sendiri. Tidak terpengaruh oleh lingkungan atau respon buruk. Dan
mulailah aku bercermin diri. Yap, mungkin aku masih menjadi orang-orang yang
mengizinkan diri disetir oleh keadaan. Reality bites nya adalah aku masih
cengeng untuk kehidupan ini.
Dan itulah curhatan panjang kenapa
aku menamai tahun ini dengan tahun “Belajar Kembali”. Alhamdulillah, puji
syukur masih diingatkan untuk tidak sombong dan tidak berhenti belajar untuk
menghadapi tahun depan. Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk ikut di beberpa kegiatan volunteering. Bagaimana dengan tahun depan? Ada kejutan apalagi? Yuk,
kita jalanin aja dengan sebaik-baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar