Saya membaca buku semacam ini dengan satu alasan. Entah mengapa kamar kost saya berantakan tak pernah
rapi meskipun saya merasa sudah menghabiskan energi untuk membereskannya. Saya
mulai berpikir ini bukan karena saya malas beres-beres, namun ada yang salah
dengan interaksi antara saya dengan barang-barang di sekitar saya. Ada yang yang
tidak beres atas cara pandang saya terhadap barang yang ada di kamar saya, tapi
saya tidak tahu di bagian mana yang salah. Di saat kebingungan itu, saya
menemukan satu istilah yang saya dapat dari IG stories teman saya, Hidup
Minimalis.
Saya mencoba lebih dalam lagi mencari tentang hidup minimalis, maka ketemulah dengan tiga buku saat itu sebagai referensi. Goodbye, Things dari Fumio Sasaki, Tyding Up dari Marie Kondo, dan Joy of Less dari Francine Jay. Akhirnya pilihan saya jatuh pada Goodbye Things dari Fumio Sasaki. Saya lebih memilih versi ebook di google book karena lebih suka membaca dengan ipad.
Di awal bagian buku ini, kita akan
ditemukan alas an mengapa kita hidup minimalis. Penulis merasa bahwa hidup
dengan banyak barang akan menghabiskan energi. Kita terpaksa mengurusi
barang-barang yang mungkin sebenarnya kita tidak terlalu memerlukan. Di bagian
awal buku ini pun kita diajak bercermin mengapa kita mengumpulkan banyak barang.
Pada bagian tengah, kita dipandu untuk berpisah dengan barang-barang kita yang
memenuhi rumah kita. Di bagian akhir pun kita diajak merayakan menjadi
minimalis.
Buku ini sebenarnya tidak serta merta mengarahkan
kita untuk membuang barang-barang kita dan pada akhirmnya mempunyai sedikit
barang. Alih-alih berisi perintah, buku ini lebih mengubah cara kita
berinteraksi dengan barang. Satu
hal yang paling mengena di pikiran saya adalah, kita dilatih untuk melepaskan
identitas kita dengan barang. Kita adalah kita. Kita yang memiliki pribadi kita.
Pribadi kita tidak pernah tergantung dengan barang yang kita punya dan pakaian
yang kita pakai. Kita masih bisa menjadi
pribadi yang menyenangkan hanya dengan memakai kaos. Tentu saja ada kepantasan
yang harus dipertimbangkan. Sehingga ketika membaca buku ini, kita lebih diajak
untuk bercermin, disbanding dinasihati.
Fumio Sasaki juga menulis bab 3 buku ini dengan
cara membaginya ke dalam tips-tips singkat. Ada 55 tips untuk berpisah dengan
barang. Pembaca tidak merasa membaca bahasan yang Panjang dan membosankan. Kita
seperti membaca tips singkat saja, sehingga ketika kita diizinkan berhenti di
tips berapa saja dan meneruskan tips nomor berikutnya di kemudian waktu.
Apakah saya berhasil menerapkan isi buku ini?
Yap, Alhamdulillah berhasil membereskan kamar kost saya. Saya berhasil membuang
setengah dari isi lemari pakaian saya. Kecanduan pergi ke situs jual beli saat
gajian pun menghilang. Iri terhadap barang-barang orang lain pun lenyap. Saya
hanya bersyukur dengan barang yang saya punya dan membeli apa yang benar-benar
saya butuhkan.
Jika Anda memiliki masalah interaksi Anda
dengan barang-barang, mungkin buku ini cocok untuk Anda.
Salam Hangat dari Hardian Cahya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar