Pernah ga sih kalian membayangkan bagaimana akhir dari sebuah sesuatu ketika kalian memulai sesuatu? Pernah ga kalian membayangkan bagaimana keadaan kelulusan sekolah ketika kalian menjejakkan kaki pertama di sebuah sekolah? Pernah ga kalian membayangkan bagaimana kalian resign saat kontrak kerja ditandatangani? Pernah ga kalian membayangkan sebuah putus atau bahkan perceraian saat kalian jadian atau menikah?
Kenapa ya kita
cenderung tidak mau memikirkan sesuatu yang pasti terjadi di masa depan hanya
karena itu tidak enak? Ya karena kita ingin menikmati momen saat itu. Kalau
kata orang kan masa lalu sudah bukan punya kita, dan masa depan belum pasti
milik kita. Nikmati saja momen di saat kamu berada. Menikmati tanpa khawatir.
Lalu bagaimana
dengan prinsip yang ditanamkan, bayangkan dari akhir. Kata sebuah buku motivasi,
dengan membayangkan bagaimana sebuah akhir, kita akan bisa tahu bagaimana kita
akan menjalani. Bahkan dengan ilustrasi kita diminta membayangkan pemakaman
kita, dan orang-orang di sekitar akan memberi kata sambutan tanpa kita bisa
interupsi dan memberi pledoi. Dengan membayangkan keadaan seperti itu, kita
akan merencanakan bagaimana kita akan bersipkap ke orang-orang sekitar.
Nah lo, pusing
kan?
Akhir dan mulai
adalah sebuah kepingan yang berurutan terus menerus. Saat ada pengakhiran, ada
awal yang baru. Di saat ada awal yang baru, pasti berujung akhir yang baru. Begitu
seterusnya. Kesadaran ini yang saya tanamkan biar saya ga sedih-seding amat
dengan sebuah akhir. Harus jujur sih akhir itu banyak ga enaknya.
Saya akan
cerita tentang berakhirnya kisah saya dengan sebuah kost. Kost yang begitu
membekas di hati. Berawal dari sahabat yang mengabari bahwa kost yang lama kami
incar sudah tersedia, akhirnya saya menghuni kost itu. Berawal dari kamar di
lantai dasar, lalu pindah ke lantai dua, dan berpindah ke kamar yang lebih
besar di ujung. Saya menghuni kost itu sekitar 4 tahun. Sudah seperti menyatu
dengan lingkungan dan kucing-kucingnya. Hal yang paling saya suka dari kost ini
adalah Pak Udin, yang menjaga kost yang biasa saya panggil Babe. Membolehkan saya
memelihara kucing walau dia sering ngomel kalau kucingnya pada ga berakhlak.
Tepat berakhirnya
bulan Januari tahun 2021, kisah saya dengan kost ini berakhir. Berakhir pula
dengan kucing-kucing yang ada di situ yang entah berapa generasi yang saya
kasih makan. Berakhir pula dengan kerimbunan dan sejuknya udara walau kost saya
tanpa AC. Berakhir pula dengan candaan si Babe, walau sering ngomel. Semua
berakhir.
Apakah saya
membayangkan kalau saya sesedih itu ketika meninggalkan kost ini ketika saya membuka
pintu kamar kost untuk pertama kali? Tidak. Tidak sama sekali.
Mungkin ini sekaligus
surat kangen saya kepada Wawa, Orenji, Mini Lulu, DD, dan sederet kucing yang
ada di sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar