Pernah mencoba suatu makanan yang direkomendasikan food vlogger, namun kamu ga suka? Pernah baca buku yang katanya keren banget oleh book influencer, tapi kamu ga nyambung sama sekali? Pernah mengunjugi suatu tempat karena tempat itu masuk daftar must visit oleh travel blogger, tapi menurutmu biasa aja? Saya juga pernah mengalami hal itu semua. Makanan yang ternyata biasa aja, buku yang saya tak mengerti, dan tempat yang ternyata tidak menyenangkan. Ga semua kata influencer itu memang cocok sama kamu.
Saya pernah
mengalami insecure karena ga suka makanan yang dibilang enak banget sama food
vlogger yang cukup terkenal. Bahkan saya mencoba membeli beberapa kali di waktu
yang berbeda hanya untuk sekadar meyakinkan diri saya bahwa itu memang menurut
saya tidak seenak yang dikatakan. Pada akhirnya saya mencoba memakannya dengan
kesadaran penuh dan sejujur mungkin terhadap diri sendiri untuk menilai.
Membeli buku
yang sedang rame diperbincangkan juga sudah mulai saya kuranigi. Membaca buku best
seller atau rekomendasi orang itu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya,
kamu bisa memperbincangkan dan mendiskusikan dengan orang banyak untuk mendapatkan
pengayaan sudut pandang. Menikmati keragaman pendapat itu bisa memperkokoh
struktur berpikir kita. Kekurangannya, belum tentu kamu bisa menikmati buku
tersebut. Pengalaman membaca setiap orang bisa sangat beragam.
Untuk soal
traveling, saya sudah lama tobat untuk terangsang mengunjungi daftar must visit
jika berkunjung ke suatu tempat. Saya lebih suka jalan-jalan ke tempat yang kemungkinan
besar cocok dengan selera saya. Saya juga berpendapat bahwa menikmati perjalanan
lebih penting daripada mengunjungi suatu tempat.
Pada dasarnya
setiap orang mempunyai pengalaman hidup yang unik. Hal itu pasti berpengaruh
bagaimana dia memandang sesuatu, menikmati rasa, dan merasakan pengalaman. Pengalaman
itu bukan masalah salah dan benar. Tidak ada yang lebih baik dan lebih buruk.
Sangat mungkin kamu tidak menikmati hal yang disukai banyak orang, termasuk influencer.
Pendapat
influencer pun tidak salah. Dia hanya mengungkapkan apa yang dirasakan dan
memberikan penilaian terhadap sesuatu. Pengalaman itu yang dia bagikan ke orang
banyak. Pengalamannya itu valid, untuk dia. Menjadi bermasalah kalau pengalaman
itu kamu jadikan barometer untuk menilai sesuatu. Selama ini tidak berkaitan
dengan hal keilmuan dan kepakaran sesuatu, setiap pengalaman itu valid.
Kalau kamu ga
suka, ga papa. Kalau kamu ga nyaman, ga papa. Kalau kamu ga nyambung, ga papa.
Pengalamanmu itu valid untuk dirimu sendiri. Tidak perlu menakar pengalamanmu
dengan pengalaman influencer. Tidak perlu juga kamu menakar pengalaman orang
lain dengan pengalamanmu.
Foto yang
tertampil adalah foto Ayam Betutu Pak Sanur di Ubud. Enak banget menurut saya. Valid
untuk saya, tapi ga harus valid buat kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar