Ada kalanya saat saya menulis blog, saya merasa kemampuan menulis dan berbahasa Indonesia saya tidak sebaik yang dulu. Bukan berarti saya pernah mempunyai kemampuan berbahasa yang sangat baik, namun saya menemui kesulitan dalam menyusun kalimat dengan tata bahasa dan pilihan kata yang baik. Kalimat yang saya tulis menjadi bertele-tele dan panjang tanpa makna yang padat. Saya mulai memeriksa diri saya. Apa yang menyebabkan kemampuan berbahasa Indonesia saya melorot, dan bagaiman saya menanggulanginya?
Setelah saya merenungkan ini, saya mengambil hipotesis yang menjadi penyebab kemampuan bahasa Indonesia saya memburuk adalah kekurangan bacaan bahasa Indonesia. Pertama, ketika saya melihat daftar bacaan buku saya, materi yang saya baca didominasi oleh bacaan berbahasa Inggris. Buku bahasa Indonesia yang saya baca sejak awal tahun hanya novella Srimenanti. Selebihnya buku berbahasa Inggiris.
Hal kedua
adalah kebiasaan saya membaca koran dan berita berhenti. Saya memang tidak
membaca berita lagi baik dari portal daring maupun koran sejak pandemi melanda
dunia. Waktu itu saya merasa membaca berita tentang pandemi membuat kecemasan
saya bertambah. Saya memutuskan untuk berhenti membaca berita. Kebiasaan ini
sangat jauh berbeda ketika saya kuliah. Hampir setiap hari saya membeli koran
dan membaca sampai habis.
Untuk menangani
kegelisahan saya tentang bahasa Indonesia, saya melakukan beberapa hal.
Pertama, saya menghentikan membaca buku berbahsa asing untuk sementara waktu.
Saya mengalihkan bacaan saya ke buku berbahasa Indonesia yang ditulis oleh
orang Indonesia. Mengapa harus buku berbahasa Indonesia yang ditulis orang
Indonesia? Agar saya bisa merasakan kembali bentuk penulisan kalimat orang
Indonesia.
Pilihan saya
jatuh ke buku Happy Wednesday Top 40 Wkwkwkwk, tulisan Azrul Ananda. Buku ini
adalah kumpulan tulisan Azrul di situs web pribadinya. Azrul menulis dengan rutin
setiap hari rabu, karena itulah laman itu diberi nama Happy Wednesday. 40 tulisan
terbaik dari situs web itu dibukukan menjadi buku yang saya baca ini.
Hal kedua yang
saya lakukan adalah berlangganan koran Tempo secara daring. Berlangganan
membuat saya bisa mengakses berita secara utuh dibanding dengan versi gratis.
Dengan berlangganan, saya merasa harus mendisiplinkan diri dalam membaca koran
Tempo yang terbit setiap pagi. Langganan ini juga memungkinkan saya membaca majalah
Tempo yang terbit mingguan.
Saya berharap
bisa memperbaiki tata bahasa yang saya miliki dengan bertahap. Membaca kembali
tulisan bahasa Indonesia yang tertata rapi merangsang saya dalam menulis bahasa
Indonesia lebih baik. Tulisan ini merupakan tulisan pertama dalam rangka perbaikan
kemampuan bahasa Indonesia. Bagaimana menurut Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar