Jakarta, ibu kota negara dengan segala riuhnya. Cerita Jakarta bukan hanya istana negara, monas, bundaran HI, dan gemerlapnya jalanan protokol. Cerita Jakarta juga bukan hanya tentang macet, banjir, semrawut dan semua keluh kesahnya. Jakarta masih menyimpan banyak cerita yang mungkin tidak terangkat di media, dan sebagian tertuang dalam antologi cerpen ini.
10 penulis menyajikan
Jakarta dari sudut pandang mereka melalui sebuah cerpen. 10 cerpen itu dibukukan
dalam sebuah antologi cerpen diberi judul Cerita-cerita Jakarta. Sekumpulan
cerita interaksi antar penduduk Jakarta dan interaksi dengan ruang bernama kota.
Sekadar untuk
latar belakang, buku ini sebenarnya sudah pernah terbit pada akhir tahun 2020
dalam bahasa Inggris dengan judul The Book of Jakarta terbitan Comma Press. The
book of Jakarta ini merupakan bagian dari rangkaian Reading The City. Kamu bisa
menemukan cerita tentang kota-kota lain di dunia melalui seri ini.
Buku ini berisi
sepuluh cerita penduduk Jakarta dengan berbagai latar yang mengisi kota ini.
Mulai dari sekumpulan lansia yang bertamasya di penutupan Istana Boneka,
sepasang kekasih yang berboncengan motor, seniman yang tidur di emperan toko
Cikini, seorang PSK yang tinggal di Kalibata, pengamen yang terjebak demonstrasi
di Palmerah, Pak Haji dan dua muridnya yang pemabuk di Kampung Melayu Pulo.
Kalau boleh
saya rangkum adalah, ini adalah cerita tentang tetanggamu yang belum tentu kamu
kenal. Mungkin juga ini adalah ceritamu sendiri yang tak pernah kamu ceritakan
ke orang banyak. Atau cerita yang bahkan kamu tidak tahu bahwa ada penduduk
semacam itu di Jakarta. Cerita semua orang yang tak ingin mereka tampilkan di
sosial media.
Jika boleh
memilih cerpen favorit dalam buku ini, saya memilih cerpen dengan judul
Anak-Anak Dewasa tulisan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Cerpen ini mengisahkan
sekumpulan manula di masa mendatang, yang saat ini sedang dalam usia remaja
atau dewasa. Mereka pergi bertamasya ke Dufan untuk merayakan penutupan wahana
Istana Boneka. Sekumpulan manula yang merasa bingung untuk apa mereka masih
hidup di kota ini. Premis yang aneh tapi sangat dekat dengan siapapun yang
menua di Jakarta. Twistnya pun sangat menarik.
Sebagai
penduduk Jakarta yang tinggal di kota ini selama 7 tahun, saya merasa begitu dekat
dengan kisah-kisah yang tersaji dalam buku ini. Kisah, yang kebanyakan kelam,
tentang Jakarta. Sebagian bahkan saya mengalami sendiri, sebagian saya melihatnya
sendiri, sebagian saya mendengarnya dan sebagian lagi saya baru tahu. Semua
kisah itu memang ada di Jakarta.
Karena ini buku
antologi cerpen, jadi gaya penulisannya juga beragam. Hal ini membuat kita
merasa terus berpetualang di setiap cerita. Apalagi nih? Tentang apa nih? Siapa
yang diceritakan? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu ada setiap saya memulai
membaca cerpen yang baru. Pembaca dibuat tidak bosan dalam menyelesaikan buku
ini.
Saya tidak
mengetahui apakah buku ini bisa dekat secara emosi dengan orang yang tidak
pernah mengenal Jakarta secara langsung. Beberapa cerita memang sangat lokal, cerita
yang mungkin hanya bisa dirasakan penduduk Jakarta. Dengan penulisan yang bagus,
semoga buku ini bisa dekat dengan siapapun yang membaca.
Buku ini layak
dibaca siapapun yang ingin mengenal kota Jakarta dan penduduknya dengan lebih
dekat. Dengan membaca buku ini, kita tidak hanya mengenal Jakarta dari layar
televisi, Instagram atau cerita teman-temanmu. Buku ini membuka lapisan Jakarta
lebih dalam lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar