Buku ini aku
baca berawal dari kekesalanku yang terkadang tidak bisa menjawab pertanyaan
oleh VPku ketika aku mempresentasikan sesuatu. Kekesalan itu selalu bersumber
dari satu hal, mengapa hal yang ditanyakan itu tidak terpikirikan olehku
sebelumnya. Pertanyaannya sangat valid. Menjadi menyebalkan karena aku merasa
bodoh karena tidak memikirikan hal itu sebelumnya. Masih banyak blind spot yang
tersisa saat aku presentasi.
Aku mulai
mengevaluasi diriku dan mulai mencari di mana titik kesalahannya. Aku menemukan
bahwa aku tidak disiplin dalam berpikir dan merumuskan sesuatu. Berangkat dari situ,
aku mulai mencari beberapa buku yang membantuku untuk belajar. Critical
Thingking kalau orang-orang mengistilahkan. Ketemu beberapa referensi. Dari instagram@alymaharani
aku menemukan buku berjudul The Great Mental Models Volume 1: General Thinking
Concepts tulisan Shane Parrish dan Rhiannon Beaubien.
Di dalam
buku ini, aku mendapatkan alat-alat untuk membantu kita berpikir lebih terstuktur
dan disiplin. Ada 6 model yang membantu mempersempit blind spot di antaranya: First
Principle Thinking, Though Experiment, Second Order Thingking, dan Inversion.
Setiap model bisa diaplikasikan ke persoalan masing-masing. Kamu tidak perlu
memakai semua model untuk memecahkan satu masalah. Pilih model yang tepat untuk
masalahmu.
Sebagi contoh dalam First Principle Thingking, kita diajari untuk menjelaskan permasalahan yang kompleks dengan memisahkan antara fakta dan asumsi. Lima pertanyaan selalu kamu tanyakan ke dirimu saat kamu mengemukakan pendapat.
- Mengapa aku berpikir demikian?
- Bagaimana aku tahu bahwa yang aku pikirikan benar?Apa tidak sebaliknya?
- Apakah ada data pendukung?
- Apa yang dipikirkan orang lain yang mungkin jadi perspektif baru?
- Bagaimana jika aku salah?Apa konsekuensinya
- Kembali ke pertanyaan pertama untuk mengevaluasi.
Dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu, maka kamu akan memperkecil resiko
mengemukakan data yang salah atau tidak lengkap. Kamu akan mengerem sedikit
sebelum berbicara. Ada 5 model lain seperti ini yang membantu kita lebih
eksploratif dalam berpikir.
Apakah ini akan
membantumu 100% dan pasti tidak salah? Tentu saja tidak. Dalam bagian awal buku
ini pun, penulis menganalogikan bahwa model ini sebagai peta. Peta itu tidak
100% sama dengan kenyataan. Peta hanya membantu pembaca untuk menyederhanakan
apa yang ada di kenyataan sehingga lebih mudah untuk digunakan dan dipahami.
Aku suka buku
ini karena sangat bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata. Tidak banyak framework
yang teoritis. Bahasa yang digunakan sangat sederhana. Diberikan contoh-contoh
sesuai konteks. Tidak perlu banyak waktu bagi pembaca untuk mengasosiasikan
permasalah yang ada di buku dengan permasalahan yang dihadapi.
Akses ke
buku ini bisa aku katakan lebih terbatas. Buku ini tidak tersedia di toko buku
import di Jakarta. Aku sempat memesan buku fisiknya di Bookdepository. Sampai
lebaran kuda tidak sampai juga itu buku. Akhirnya aku membeli buku digitalnya
melalui kindle. Buku ini tidak tersedia di Playbook maupun Kobo.
Buku ini
sangat layak dibaca oleh siapapun yang ingin memperbaiki cara berpikir dalam
menyelesaikan kehidupan sehari-hari. Mungkin aku bisa katakana buku ini bisa
jadi pengantar untuk beranjak ke referensi yang lebih serius dalam mempelajari berpikir
kritis seperti Thinking Fast and Slow tulisan Daniel Kahneman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar