MH Thamrin, kebanyakan orang Jakarta mendengar nama ini sebagai salah satu jalan utama di Jakarta. Atau paling mentok mengetahui perawakan beliau dari patung yang berdiri tegap di perempatan monas, tepatnya di depan gedung X. Namun di samping itu semua, perannya untuk Jakarta jauh lebih besar. Saya akan bercerita tentang anak Betawi satu ini.
Lahir dari
keluarga kaya, ayah Thamrin adalah Wedana keturunan Belanda bernama Tabri
Thamri. Ibunya seorang Betawi asli bernama Nurhana. Sebagai anak seorang Wedana,
tentu dia mempunyai akses pendidikan dan pengetahuan lebih dari anak seumurannya.
Walaupun kalau kata anak sekarang dia sangat berprivileged, dia sangat dekat
dengan rakyat kecil.
Untuk karir
politik, dia berjuang melalui parlemen kala itu. Gemeenteraad atau Dewan Kota
adalah majelis pertimbangan untuk kota Batavia. Kalau sekarang mungkin disebut
DPRD. Melalui Gemeenteraad inilah Thamrin menyuarakan beberapa kepentingan
rakyat pribumi di Batavia. Hal yang baling dicatat dalam karirnya di Dewan Kota
adalah dia mendorong perbaikan fasilitas umum di kampung pribumi seperti
saluran irigasi dan kanal penggendali banjir.
Kemudian karir Thamrin
berlanjut ke Volksraad, kalau sekarang DPR. Posisi ini mulanya kosong, kemudian
ditawarkan ke HOS Cokroaminoto dan Dr Sutomo, namun keduanya menolak. Akhirnya
jabatan itu ditawarkan ke Thamrin. Melalui Volksraad, Thamrin mengkritik keras
kebijakan perburuhan di Sumatra Timur. Berkat diplomasi yang dilakukan, sistem
perburuhan itu dihapus.
Thamrin sangat
peduli kepada dunia sepak bola. Kala itu, anak-anak pribumi kesulitan dalam
mengakses lapangan sepak bola. Padahal menurutnya, sepak bola bisa dijadikan
menggalang kekuatan dan persatuan di antara kaum pribumi. Thamrin menggunakan
jaringan dan kemampuan diplomasinya untuk pembentukan Voetbalbond Indonesische
Jacatra (VIJ), yang kini dikenal dengan Persija. Tidak hanya di level
kebijakan, dia juga berperan dalam penyediaan infrastruktur sepak bola. Tidak
tanggung-tanggung, dia menyumbangkan 2000 gulden untuk pembelian lapangan sepak
bola. Sekarang lapangan itu masih ada yang bernama Lapangan VIJ di Petojo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar