Seperti yang kita ketahui, bahwa kepresidenan RI mempunyai 6 buah istana. Istana Negara, Istana Merdeka, Istana Bogor, Istana Cipanas, Gedung Agung Yogyakarta, dan Istana Tampak Siring. Banyak yang tidak mengetahui bahwa dalam kompleks Istana Presiden yang ada di kawasan Gambir tersebut terdiri dari dua istana. Istana Negara dan Istana Merdeka. Apa saja bedanya dan bagaimana kisahnya?
Saat memutuskan
memindahkan pemerintahan dari Batavia (Kota Tua) ke Weltervreden (Kawasan
Jakarta Pusat), Daendles mendirikan istana impiannya untuk pusat pemerintahan
dan kediaman Gubernur Hindia Belanda, yaitu istana putih (sekarang gedung
kementrian keuangan). Sebelum istana itu jadi, Daendles ditarik ke Belanda oleh
Napoleon. Saat Perancis mengalami kekalahan dari Inggris di waterloo, pemerintah
Belanda harus mundur dan digantikan orang Inggris yaitu Thomas Standford
Rafless pada 1811.
Raffles jatuh
cinta kepada bangunan yang berada di Rijswijk. Bangunan putih berlantai dua dan
megah di tepi kanal ini sering disebut Rijswijk Palais. Raffles lebih senang tinggal
di situ daripada kediaman resminya. Semenjak dari jaman Raffles dan seterusnya,
penginapan itu sering dijadikan tempat para gubernur jendral rapat. Pada tahun
XXXX dialihkan fungsi menjadi gedung pemerintahan dan kediaman gubernur
jendral.
Pada tahun 1873,
Rijswijk Palais dinilai terlalu sempit. Dibutuhkan ruangan atau gedung
tambahan. Maka dibangunlah gedung yang menghadap ke Koningsplein (Lapangan
Merdeka/Monas) sebagai tambahan kantor pemerintahan.
Fungsi dan
penggunaan dua istana ini berganti-ganti, bergantung siapa pemimpinnya. Contohnya
Bung Karno memungfikan Istana Merdeka sebagai kediaman. Di jaman Pak Harto,
beliau lebih memilih tinggal di rumah pribadinya di Jalan Cendana, sehingga Istana
Merdeka hanya difungsikan sebagai menerima tamu negara.
Di saat Pak
Jokowi, setahu saya beliau lebih memilih tinggal di Istana Bogor. Istana
Merdeka hanya difungsikan sebagai tempat penerimaan tamu negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar