Sebagian dari kita pernah ke luar negeri seperti Singapore atau Kuala Lumpur. Saya yakin sebagian dari kita mengandalkan transportasi publik dan jalan kaki untuk berpindah tempat. Taksi atau sewa mobil bukan menjadi pilihan pertama karena pertimbangan biaya. Selain itu, transportasi publik di sana sudah sangat nyaman, aman, dan terintegrasi. Cukup mengandalkan satu kartu dan peta digital, kamu bisa bebas ke mana saja tanpa ribet tanpa bingung.
Selain
transportasi yang nyaman, kota didesain untuk ramah pejalan kaki. Trotoar yang
cukup lebar, bersih dan tertib. Pengguna jalan lain juga tertib lalu lintas dan
menghargai pejalan kaki sehingga tidak ada kekhawatiran berlebihan kita
terserempet sepanjang kita juga tertib aturan. Kita juga tidak dilelahkan dengan
harus turun dan naik jembatan penyebrangan.
Begitu kembali
ke Jakarta, keluhan panjang kita tentang transportasi publik dan dukungan ke
pejalan kaki langsung keluar. Pejalan kaki harus berebut tempat dengan
kendaraan bermotor dan pedagang kaki lima. Transportasi publik yang kita tidak
bisa pastikan kapan datangnya dan berapa lama waktu tempuh dari satu tempat ke
tempat lain. Kalau kata orang, transportasi publik kita tidak cocok untuk orang
yang sedang terburu-buru.
Kabar baik dari Jakarta adalah, pemerintah provinsi telah menentukan prinsip-prinsip pembangunan infrastruktur dan transportasi dengan perumusan prioritas sebagai berikut:
- Pejalan kaki
- Kendaraan bebas emisi
- Transportasi umum
- Kendaraan pribadi
Diharapkan
semua desain pembangunan infrastruktur fasilitas umun atau transportasi umum mematuhi
prinsip tersebut.
Mungkin kamu
yang menggunakan mobil pribadi mengeluh bahwa jalanan ini udah macet, kenapa
trotoarnya malah diperlebar? Prinsip pembangunan itu jawabannya. Peleberan trotoar
memang terjadi di beberapa tempat, seperti Jalan Cikini, kawasan Kemang, dan
jalan Sudirman sampai jalan Thamrin. Sekarang pejalan kaki menjadi masyarakat
kelas paling atas dalam urusan transportasi.
Sudah konsisten? belum sempurna. Saya masih melihat desain infrastruktur yang belum mempertimbangkan pejalan kaki sebagai prioritas. Beberapa fasilitas masih memanjakan pengendara kendaraan bermotor. Setidaknya, kita sudah di jalur yang benar walau belum sempurna.
Khusus untuk kawasan tempat tinggal saya di Cikini, ada beberapa perkembangan yang saya amati. Pertama adalah pelebaran
trotoar dengan mengambil sedikit luasan jalan. Kedua adalah pembenaman kabal
listrik dan telepon dari mulanya di atas menjadi di bawah tanah. Ketiga adalah
panduan trotoar untuk pengguna trotoar difabel. Keempat adalah penambahan
pelindung untuk pejalan kaki berupa tiang-tiang besi.
Sebagai pejalan kaki dan pengguna transportasi publik wajib menjaga kebersihan dan fungsi dari fasum yang sudah ada. Sebagai yang masih menggunakan kendaraan pribadi, selayaknya kita saling menghargai dan memprioritaskan pejalan kaki di kota ini. Dengan ini, kita bersama mengharapkan kita bisa jalan kaki dan menggunakan transportasi publik senyaman di Singapore.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar