Pertama kali saya terbuka kesadaran saya tentang kota ketika saat itu saya tidak sengaja ikut dalam lingkaran obrolan dalam sebuah acara di Bandung. Di situ ada aktivis perkotaan yang juga arsitek brilian, yaitu Ridwan Kamil. Kang Emil mengatakan bahwa kota yang penuh dengan masalah itu bisa dikatakan nasib. Nasib yang bisa diubah oleh penduduk kota itu dengan kreatifitas dan kolaorasi. Sejak saat itu pandangan saya tentang kota dan segala pernak-perniknya berubah.
Melompat ke
tahun baru 2022, saya menghabiskan waktu dengan membaca buku tulisan Handoko
Hendroyono, seorang yang dulu dikenal dengan creative agency periklanan.
Sekarang beliau mengelola perusahaan bernama ruang riang. Akhir-akhir ini
namanya moncer karena berhasil mengubah bangunan tua yang tidak produktif
menjadi etalase produk lokal yang sangat ramai. Di Jakarta, ada dua Gedung yang
berhasil dia ubah menjadi tempat nongkrong hits, yaitu Gedung Peruri di Kawasan
Blok M, dan Gedung Filateli di kawasan Pasar Baru.
Mbloc, begitu
nama tempat itu sekarang. Letaknya di depan kantor kejaksaan agung. Dulu
merupakan gedung tua yang kotor dan tidak berfungsi. Gedung bekas perumahan
karyawan peruri ini berubah menjadi ruang kreatif dan ruang ekonomi. Gagasan
itu hasil kolaborasi antara Glenn Fredly, Handoko, dan beberapa rekan lainnya.
Tujuannya adalah menyediakan ruang kreasi bagi musisi independent sekaligus
menjadi etalase brand lokal. Handoko memang sangat getol mengadvokasi
brand-brand lokal.
Gedung Filateli
yang terletak di sebelah Gedung Kesenian Jakarta di kawasan Pasar Baru juga
diubah menjadi ruang ekonomi kreatif bernama PosBloc. Saya masih ingat, dulunya
di sini hanya ada Starbucks. Saya sering nongkrong di sini karena banyak kucing
liar. Sekarang wajahnya berubah. Menjadi terang, bersih dan bisa digunakan
secara penuh untuk aktifitas ekonomi dan berbagai kegiatan.
Setidaknya ada
dua permasalahan yang coba disolusikan dengan pemanfaatan ruang ini, yaitu
ketersediaan etalase produk lokal, dan penyediaan ruang kreatifitas. Dua tempat
ini memang fokus untuk etalase produk-produk lokal terkurasi yang bisa
meningkatkan nilai dari produk tersebut. Permasalah kedua adalah mengatasi
keterbatasan ruang kreatifitas. Di Mbloc, memang dicita-citakan untuk musisi
independent tampil di aula yang ada di sana. Para seniman tidak lagi tergantung
terhadap ruang-ruang yang dimiliki oleh pemerintah.
Kembali ke
obrolan saya di Bandung. Kang Emil menekankan bahwa tanggung jawab mengubah
wajah kota dan menyelesaikan masalah perkotaan merupakan tanggung jawab semua
pihak. My City, My Responsibility. Pelaku kreatif didorong untuk memberikan
dampak ke lingkungan tempat dia tinggal. Kreatifitas bukan hanya untuk kalangan
pelaku kreatif, namun untuk masyarakat umum. Handoko Hendroyono merupakan
contoh nyata bagaimana kreatifitas bisa mengubah wajah kota.
Harapan yang
lebih besar adalah, kerja kreatifitas seperti ini bisa dilakukan oleh pemegang
kekuasaan agar mendapatkan dampak yang lebih masif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar