Beberapa orang berkata bahwa Jakarta mengubah orang menjadi sangat individualis. Tidak ada kehangatan dan kemanusiaan di kota keras ini. Mungkin anggapan itu tidak sepenuhnya salah. Berdasarkan pengamatan dan kesotoyan saya, tingkat kesulitan hidup di suatu kota berbanding terbalik dengan kehangatan dan keramahan penduduknya. Ditambah lagi indeks kebahagiaan penduduk DKI Jakarta berada di bawah indeks kebahagiaan nasional. Antar penduduk juga saling curiga dan waspada sehingga kerelaan untuk menolong orang lain juga rendah. Sekali lagi ini berdasarkan sotoynya saya.
Saya memasuki
kota Jakarta juga sangat pesimis. Saya ragu menemukan kehangatan kota Bandung
tempat saya kuliah. Apakah di sini komunitasnya se oke Bandung? Bagaimana kalau
penduduknya galak-galak? Ada orang yang bantuin ga ya kalau ada kesulitan? Pertanyaan
semacam itu sering datang saat saya mengenal kota ini.
Setelah
beberapa lama tinggal di Jakarta, saya mulai mengenal beberapa komunitas kerelawanan
yang bergerak membantu orang sekitar dalam berbagai bidang dan bentuk. Ada yang
bergerak di bidang pendidikan, penggerak ekonomi, Kesehatan dan lingkungan, atau
komunitas berbagi ide. Jumlahnya tidak ada data pasti, namun saya menduga sampai
puluhan. Setidaknya itu yang saya amati.
Sisi postif
dari komunitas kerelawanan di Jakarta adalah kerapihan dalam eksekusi dan pergerakan
organiasi. Kalau dibandingkan kota lain yang penggerak komunitas didominasi
oleh mahasiswa, di Jakarta kebanyakan komunitasnya digerakkan oleh professional
muda yang sudah bekerja. Tidak mengherankan beberapa komunitas memiliki tata kelola
standar orang kantoran yang rapi dan terstruktur seperti tata kelola keuangan,
cara menjalankan rapat dan pengambilan keputusan. Dalam hal eksekusi pun koordinasi
antar fungsi maupun dengan pihak luar terlihat lebih lancar.
Bentuk
sumbangannya apa aja sih? Bermacam-macam, tergantung keahlian dan kegemaran
masing-masing individu. Komunitas kerelawanan sangat menghargai semua bentuk
bakat dan minat anggotanya. Ada yang berkontribusi di desain, dokumentasi berupa
foto dan video, atau yang ahli di administrasi. Ada juga yang memang gemar
mengajar anak kecil, atau mencari ide-ide baru, mencari sponsor atau langganan
jadi MC buat yang suka nampil. Apapun bentuk kontribusinya, semuanya didasari
satu niat: memberi.
Terlalu banyak
individu yang saya kenal total dalam memberi di komunitas, tanpa
mengesampingkan pekerjaan utamanya. Kebanyakan sih kalau ditanya kenapa mau
jadi relawan, jawabannya sih “seneng aja berbagi sesuatu”. Sebuah alasan yang klasik tapi
itulah adanya.
Jakarta ini
memang bukan kota yang sempurna, namun dengan adanya komunitas kerelawanan,
setidaknya ada kemajuan untuk menjadikan Jakarta tempat yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar