Kalau saya disuruh menyebutkan tempat di mana saya merasa nyaman di Jakarta, mungkin saya akan menjawab Taman Ismail Marzuki atau biasa disebut TIM. Kawasan yang berada di Jalan Cikini ini merupakan pusat fasilitas berkesenian di Jakarta. Mulai dari seni teater, musik, rupa, hingga tari diakomodir di tempat ini.
Kegiatan
favorit saya di TIM adalah menonton film pendek di Kineforum. Sebuah tempat pemutaran
independent yang terletak di belakang Graha Baktu Budaya TIM. Di setiap akhir
pekan, Kineformum memutarkan film pendek yang telah dikurasi oleh pengurusnya.
Kadang berbayar, kadang berbayar suka rela. Tidak jarang pula gratis. Setiap
saya bingung menghabiskan waktu di akhir pekan, saya selalu meluncur ke TIM.
Di TIM juga
tempat bioskop Cinema XXI paling murah di Jakarta. Di saat yang lain tiket bioskop
dihargai di 40 ribu, di TIM tiket dijual dengan harga 25 ribu. Selain murah,
XXI TIM ini juga tidak terlalu umum dikunjungi oleh orang-orang yang saya
kenal. Sebagai anak ansos berat, XXI ini sangat nyaman buat saya. Ketika saya
ingin menyendiri, larilah saya ke TIM.
Selain itu nonton
teater, ikutan festival sastra, atau nonton pertunjukan tari. Singkatnya, TIM
ini menjadi tempat paling favorit melarikan diri dari bisingnya Jakarta. Apalagi
kamu suka dengan berbagai kesenian. Kamu tidak akan dianggap aneh ketika
mengekspresikan seni di sini. Saya boleh bilang, TIM ini tempat aman untuk
seniman berkarya dan menampilkan karya tanpa dihakimi ini itu.
Pemprov DKI
Jakarta memutuskan merevitalisasi Taman Ismail Marzuki ini pada tahun 2019.
Pemprov ingin lebih memasimalkan fungsi TIM dengan membangun beberapa fasilitas
yang lebih memadai di sana. Akan dibangun gedung pertunjukan yang lebih
lengkap, tempat Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang lebih nyaman dan
sebagainya. Termasuk pembangunan hotel yang bisa digunakan menginap para
seniman dari luar Jakarta jika ada acara di TIM.
Graha Bakti
Budaya yang klasik itu akhirnya dirobohkan, bersamaan dengan perobohan beberapa
fasilitas lainnya. Untuk sementara, fasilitas lainnya pun tidak bisa digunakan.
Galeri Buku Bengkel Deklamasi yang terletak di pojok GBB juga direlokasi. Alhasil,
seluruh kegiatan kesenian di TIM berhenti total untuk sementara waktu.
Siang itu,
setelah saya sholat Jumat di Masjid Amir Hamzah yang terletak di bagian
belakang kawasan TIM, saya memutuskan untuk jalan-jalan melihat perkembangan
revitalisasi. Beberapa gedung utama sudah terlihat bentuknya. Ada gedung utama
yang berbentuk seperti kapal memanjang. Fasad pada gedung tersebut berbentuk
not balok dari lagu Rayuan Pulau Kelapa ciptaan Ismail Marzuki. Gedung tempat
parkir juga mulai terlihat. Belum sempurna, namun cukup membahagiakan.
Diharapkan
revitalisasi tahap 1 selesai pada tahun 2022. Saya sangat merindukan kegiatan
seni di sini. Saya berharap, semua seniman bisa berkarya dan menampilkan karya
dengan lebih nyaman di TIM setelah revitalisasi rampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar